KOMPAS.com - Berjalan-jalan di sekitar kawasan belanja Pasar Baru, Jakarta Pusat, jangan heran jika menemukan orang-orang yang memajang uang di depan emperan-emperan toko.
Ya, mereka adalah para penjual uang kuno yang menjajakan uang-uang jadul yang sudah tidak beredar di pasaran. Salah satu pedagang tersebut adalah Herman.
Ia mengaku telah berdagang uang kuno selama 20 tahun. Herman mendapatkan uang-uang tersebut dari orang-orang yang menjual uang itu kepadanya.
"Dari orang-orang yang punya koleksi, atau kita cari di sekitar sini banyak yang jual," katanya.
Biasanya, pelanggannya mencari uang kuno untuk keperluan mahar pernikahan. Tetapi ada pula yang hanya ingin mengoleksi uang-uang tersebut.
Herman menggelar dagangannya di depan emperan toko yang ada di kawasan Pasar Baru sejak jam 10 pagi hingga jam 16.30 sore. Untuk lokasinya sendiri tak tentu, yang pasti di depan satu toko tertentu. Kadang ia berpindah tempat jika tempat yang biasa ia gunakan kehujanan.
Koleksi uang kuno yang ia miliki berusia paling tua adalah uang kertas keluaran tahun 1956 yang bernilai 2 setengah rupiah. Uang tersebut bentuknya sedikit lebih kecil dibandingkan uang pada masa sekarang.
Warnanya pun berbeda di kedua sisinya, merah dan hijau. Terdapat tulisan dengan menggunakan ejaan Bahasa Indonesia lama, yakni "Tanda Pembajaran Jang Sah" ditulis di salah satu sisi uang.
Sedangkan uang berusia paling muda yang ia miliki yaitu uang keluaran tahun 1992. Ingat dengan uang kertas pada tahun 90-an bergambar kapal pinisi? Ya, itulah koleksi termuda yang Herman miliki.
Selain uang kertas, Herman juga menjual uang koin. Nilainya pun macam-macam. Bahkan, ada uang koin senilai satu sen.
Selain rupiah, di sekitar kawasan Pasar Baru pun banyak ditemui pedagang-pedagang seperti Herman yang menjual uang-uang kuno yang berasal dari luar negeri. Penasaran? Ayo, berburu uang kuno.
[SUMBER ARTIKEL]