Disuatu malam aku berada dipuncak jatiparanje bersama beberapa temanku.
Malam itu begitu hening yang terdengar hanya suara angin. Fikiranku menerawang kemasa lalu. Ada rasa yang mengganggu, aku merasa lupa untuk bersyukur dari begitu banyak anugrah Allah.
Aku pun mengambil wudlu dan shalat tahajud dan aku teruskan dengan berzikir. Ada perasaan tenang tenang yang begitu dalam.
Zikir itu dipuncak bukit yang jauh dari penduduk mungkin karena kesunyian zikir ku jadi lebih tenang, khusu dan khidmat. Perasaanku merasa dekat sekali dengan sang pecipta. Rasa bahagia masuk ke dalam hati. Aku lupa semua masalah, aku lupa keadaan ku yg begitu darurat.
Aku sadar bahwa sumber kebahagiaan itu adalah Allah, mungkin karena zikir ku tidak terganggu oleh apapun aku merasa.. ke dalam satu pusaran berbentuk lorong.
Aku terus masuk ke pusaran itu, ketika sudah terlewati lorong itu ada satu ruang hampa, kosong, sunyi, putih. Seakan hanya ada aku. Aku menoleh kekanan dan ke kiri dan bertanya dalam hati.."tempat apakah ini..??
Aku terus berjalan menelusuri ruang kosong itu dan didalam ruang kosong itu aku seperti seseorang yang tidak punya beban.
Aku merasa bebas, aku merasa tidak punya keinginan seakan seperti anak kecil.
Aku terus berjalan tapi ruangan hampa dan kosong itu seakan tak bertepi dan aku mulai takut aku takut tidak bisa kembali.
Tersirat aku ingat anak dan istri, dan tiba-tiba aku tersentak karena aku menyangka ruangan itu menuju kematian. Aku tidak takut mati tapi aku juga tidak tega meninggalkan anak dan istri.
Karena perasaan itu aku berlari kembali ketempat pusaran semula dan aku kembali terbawa pusaran. Dan aku tersadar, dan keadaanku masih dalam ke adaan berzikir. Aku sempat ingat akan kata-kata syekh Athoilah jika kamu membaca kitab ku lalu keadaanmu sudah punya anak istri maka kembalilah ke syariat. Karena kamu punya beban kewajiban menafkahi.
Terlalu berat untuk menuju ma'rifat.. Apakah ini..? yang dimaksud sang Imam..?
Tapi walaupun itu hanya pengalaman sesaat. Tapi aku merasa imanku lebih kukuh, aku tidak pernah lagi ragu dalam berdoa, dan aku tidak takut lagi doa ku tidak di kabulkan.
Aku hanya berfikir berdoa adalah hak hamba, sementara mengabulkan adalah hak Allah. Dan aku pasrahkan kepada Allah tentang kabul..
Biarkan Allah yang menentukan karena hanya Allah yang paling tahu yang terbaik untuk hambanya.
SUMBER ARTIKEL
0 Komentar:
Post a Comment